Autoimun Memberi Banyak Pelajaran Hidup

Saya termasuk workaholic. Kalau sudah kerja sampai lupa waktu dan mengorbankan tidur. Tahun 2013 karena sudah tak tahan dengan bos Jepang, akhirnya saya memutuskan resign dari Mitsubishi Corporation Fashion (trading agent Uniqlo). Lima bulan saya kerja di rumah membuat macam-macam seperti manisan mangga, manisan buah, cake, pudding.
Awalnya jari-jari kaku tiap bangun pagi. Susah ditekuk, harus tekuknya pelan-pelan. Sesudah itu bisa kembali beraktivitas normal. Tapi mulai sore jam 14.30-an, mulai lagi jari-jari kembali kaku. Akhirnya saya cek ke laboratorium untuk test kolesterol, asam urat, reumatik, dan kekentalan darah. Hasilnya ada pengentalan darah. Sedangkan reumatik dan asam uratnya hasilnya bagus. Akhirnya teman merekomendasi aku ke Prof. Hari Isbagyo di Rumah Sakit MMC. Saat itu Prof. Hari langsung meminta saya test ANA, C3, C4.
Dan ternyata hasilnya C3 dan C4 negatif. Tetapi hasil ANA positif. Prof. Hari bilang kalau saya positif Autoimun dan menerangkan apa itu Autoimun. Saya diminta untuk melakukan rangkaian test tapi saya tidak mau follow up saat itu karena saya sebelumnya sudah pernah divonis stroke ringan oleh Prof. Yusuf Misbah, seorang neurologist di Rumah Sakit MMC berdasarkan hasil MRI. Saya tak mau terlalu banyak kepikiran soal penyakit, jadi saya tidak mem-follow-up permintaan Prof. Hari Isbagyo. Sampai tahun 2015 saya mulai bolak-balik opname di Rumah Sakit MMC karena masalah lambung dan usus. Sampai akhirnya saya cerita ke Dokter Paulus Simadibrata, apakah ada hubungan dengan hasil test ANA. Akhirnya, Dokter Paulus merujuk saya ke Dokter Nanang. Sejak saat itu saya mulai melakukan serangkaian test sampai bulan Mei 2016. Dokter Nanang menyatakan saya mengidap Sjogren’s Syndrome. Dari 2016 sampai sekarang saya sudah 7x bolak-balik opname.
  1. Tahun 2015 : Lambung dan usus berdasarkan endoskopi dan kolonoskopi hasilnya radang antral berat.
  2. Tahun 2016 : Fungsi syaraf tidak maksimal setiap kali ditekan oleh Prof. Yusuf Misbah tangan dan kaki langsung turun dan tidak bisa menahan tekanan beliau.
  3. Broncho penumonia.
  4. Buang air kecil berdarah (hematuria)
  5. Tahun 2017 : Broncho peneumonia kembali terserang 2x di tahun 2017.
Selama bolak balik opname saya merasa sedih dan bertanya-tanya Tuhan apa lagi ya sesudah ini?. Sempat down dan kalau suami tanya percaya ga sama Tuhan? Saya bilang percaya sih tapi deep down in my heart rasanya hampa. Ke gereja dan aktif di paduan suara gereja tapi tidak bisa merasakan sukacita setiap kali sakit. Sampai tahun 2016 ketika opname karena hematuria Tuhan melawat saya secara personal jam 2 pagi. Every chapter of my life dibukakan satu per satu dan Tuhan mengingatkan utk terus bersyukur. Tiap dibukakan lembar kehidupan saya menangis. Sampai di akhir perkataanNya Tuhan bertanya apakah kamu dan seisi keluargamu bersedia untuk Aku pakai? Aku jawab bersedia Tuhan. Dan terakhir Tuhan bilang suatu saat kau test lagi ANA profile maka hasilnya akan negatif. Percaya lah itu. Sejak saat itu tiap kali saya opname di Februari dan Juni 2017, saya sudah tidak meratapi. Saya yakin suatu saat pasti janji Tuhan akan digenapi.
Apalagi setelah ikut banyak grup, saya semakin banyak belajar dan melihat bahwa ternyata yang saya alami masih belum seberapa dibanding yang lain. Jadi semangat terus sekarang untuk hidup sehat
Begitu pengalaman pribadi saya. Oh ya pas saya dirawat di Rumah Sakit Cikini memakai fasilitas BPJS dan Tuhan lawat saya. Teman saya cerita soal Kezia. Saya buka YouTube dan melihat bagaimana Tuhan pakai Kezia untuk bersaksi. Saya jadi semangat. Dan entah kenapa di Rumah Sakit Cikini itu TVnya jadul (jaman dulu) banget dan channel yang bisa dipasang saat itu hanya LIFE CHANNEL. Jadi mau tidak mau tiap saat banyak dengar firman Tuhan dan lihat kesaksian-kesaksian orang
Saat masa-masa kelam tidak mudah menjalaninya sampai saya mau memutuskan divorce di tahun 2016 karena merasa sendiri. Berobat sendiri, terapi tidak ditemani, dan ada masalah-masalah lain yang menumpuk. Tetapi Tuhan punya rencana yang luar biasa. Tuhan ubahkan kami berdua dan kami berdua memulai hidup dengan pernikahan baru mulai Oktober 2016. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Luciana Nugrahini Siswadi,
Anggota Yayasan Sjogren’s Syndrome Indonesia

Comments

comments

About Author

Leave A Reply