IMUNISASI MMR PADA ODAMUN

Bolehkah pengidap penyakit autoimun diberikan Imunisasi Measles-Mumps-Rubella (MMR)?
dr. Agus Joko Susanto, SpPD, K-AI, FINASIM
Spesialis Penyakit Dalam-Konsultan Alergi Imunologi
RSUD dr. Moewardi/FK UNS Surakarta

Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang paling sukses dan efektif dalam membasmi penyakit. Sebagai contoh penyakit cacar dan sejauh ini mampu menurunkan insidens polio secara global sebesar 99%. Imunisasi juga merupakan salah satu bentuk pencegahan penyakit yang efektif, mudah, serta murah untuk menghindari terjangkitnya suatu penyakit infeksi, mulai dari anak, orang dewasa hingga orang tua. Selain itu, imunisasi telah berhasil menurunkan angka morbiditas, kecacatan, serta mortalitas akibat penyakit difteri, tetanus, pertusis dan campak. Melalui imunisasi, seseorang diharapkan memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit infeksi tertentu, sementara tujuan akhir dari pemberian imunisasi massal adalah eradikasi suatu penyakit. Pada dasarnya kebijakan imunisasi di negara Asia Tenggara dan Indonesia secara khusus diutamakan pada imunisasi bayi dan anak-anak. Hal itu lantas membuat imunisasi pada dewasa menjadi terabaikan dan kurang terpublikasi secara luas di masyarakat. Padahal sangat banyak penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi pada orang dewasa. Implementasi imunisasi dewasa di Indonesia sendiri masih sangat terbatas walaupun perangkat imunisasi yang dibutuhkan telah tersedia. Pada tahun 2003, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) telah menghasilkan konsensus imunisasi pada orang dewasa sehingga diharapkan imunisasi pada dewasa di Indonesia akan lebih digalakkan.

Bulan Agustus ini ada program dari pemerintah Indonesia untuk pemberian imunisasi Measles-Rubella (MR) pada bayi dan anak-anak. Kita harus mendukung kegiatan tersebut, demi terciptanya generasi penerus yang sehat dan kuat di masa depan. Negara akan kuat dan sejahtera bila penduduknya terbebas dari penyakit.

JENIS DAN TIPE VAKSIN
Vaksin merupakan suatu sediaan biologis yang menimbulkan suatu kekebalan terhadap suatu penyakit. Sebuah vaksin umumnya mengandung sejumlah kecil bahan yang menyerupai organisme patogen. Agen tersebut menginduksi sistem imun dan mengenalinya sebagai benda asing, lalu menghancurkannya serta “mengingatnya” sehingga sistem imun tubuh dapat dengan mudah mengenali dan menghancurkan organisme tersebut jika kelak organisme tersebut menyerang. Berbagai macam vaksin yang digunakan untuk imunisasi, antara lain :

  • Vaksin yang dilemahkan
    Berasal dari kuman atau virus dengan tingkat viabilitas dan daya infeksi yang dilemahkan, tetapi mampu menumbuhkan respon imun. Contohnya; Virus yang dilemahkan : Polio sabin, measles, mumps, rubela, varicella, yellow fever. Bakteri yang dilemahkan : BCG, vaksin oral tifoid.
  • Vaksin yang telah dimatikan
    Berasal dari mikroorganisme yang telah dimatikan. Respon imun yang timbul lebih lemah daripada vaksin hidup sehingga biasanya memerlukan imunisasi ulang. Contohnya ; Influenza, hepatitis A, hepatitis B, difteri, tetanus dan sebagainya.

 

VAKSIN MEASLES-MUMPS-RUBELLA (MMR)
Vaksin MMR adalah jenis vaksin kombinasi yang berasal dari virus yang dilemahkan, dan termasuk dalam golongan vaksin hidup (live attenuated virus).
Measles atau dikenal sebagai campak merupakan salah satu penyakit akut yang sangat menular. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus RNA dari genus Morbilivirus famili paramyxovirus. Penularan campak sangat mudah terjadi. Infeksi segera timbul apabila sejumlah kecil virus yang infeksius memasuki tubuh lewat droplet. Setelah itu, 1-2 hari berikutnya akan muncul gejala klinis hingga 4 hari setelah munculnya ruam. Pasien dapat menularkan penyakit ini sejak 4 hari sebelum hingga 4 hari sesudah timbulnya ruam. Ruam makulopapular pertama timbul di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, dada, tubuh, lengan dan kaki. Komplikasi yang dapat ditemukan akibat campak, antara lain otitis media, gangguan salran nafas (bronkopneumonia, laringitis akut), kelainan neurologis, kelainan gastrointestinal, kebutaan, supresi sistem imun, dan sebagainya. Tidak terdapat terapi antivirus spesifik untuk campak. Campak tanpa komplikasi pada orang imunokompeten umumnya akan sembuh sendiri secara spontan. Istirahat yang cukup, asupan makan dan minum yang cukup akan mempercepat penyembuhan. Antibiotik harus dipertimbangkan apabila diduga terdapat infeksi sekunder.

 

Mumps atau disebut pula gondongan atau parotitis epidemika adalah suatu penyakit virus akut dan menular, ditandai oleh pembesaran kelenjar ludah, terutama kelenjar parotis. Virus penyebabnya termasuk ke dalam genus paramyxovirus. Penyakit ini dapat ditemukan pada kedua jenis kelamin dengan proporsi yang sama banyaknya. Virus menyebar dari reservoir manusia melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan yang tercemar oleh saliva penderita terinfeksi, atau mungkin lewat urine. Gambaran klasik yang sering ditemukan pada gondongan adalah parotitis, baik unilateral maupun bilateral, yang biasanya timbul pada hari ke-16 hingga hari ke-18 setelah pajanan. Komplikasi serius seperti nefritis, orkhitis, pankreatitis, mastitis, tiroiditis, artritis, miokarditis, dan infeksi pada telinga. Gondongan merupakan infeksi virus yang akan sembuh dengan sendirinya. Oleh karena itu pengobatan untuk parotitis dan manifestasi lainnya bersifat simtomatik.
Rubella atau campak jerman merupakan penyakit infeksi akut ringan yang disebabkan oleh virus rubella. Suatu virus RNA, genus Rubivirus dan masuk ke dalam famili Togavirus. Virus rubella dapat memasuki aliran darah melalui droplet di udara. Selain itu dapat pula terjadi infeksi kongenital lewat plasenta. Infeksi rubella pada kehamilan muda dapat menyebabkan bayi lahir mati, abortus, dan menimbulkan kelainan kongenital yang berat pada janin. Sindrom rubella kongenital merupakan penyakit yang mengenai banyak organ dalam tubuh dengan gejala klinis yang luas. Gejala klinis yang menonjol adalah timbulnya ruam makulopapular yang bersifat sementara disertai pembesaran kelenjar getah bening disekitar telinga. Tidak terdapat terapi spesifik untuk rubella. Tatalaksana yang diberikan hanya bersifat simtomatik untuk gejala yang timbul, seperti demam, nyeri sendi, dan rasa pegal-pegal.

 

PENYAKIT AUTOIMUN
Autoimun dari segi bahasa diartikan sebagai auto artinya diri sendiri dan imun artinya sistem pertahanan tubuh. Jadi pengertian penyakit autoimun adalah sistem pertahanan tubuh mengalami gangguan sehingga menyerang sel-sel tubuh itu sendiri. Padahal seharusnya sistem imun menyerang organisme atau zat-zat yang membahayakan tubuh. Sistem kekebalan tubuh adalah kumpulan sel-sel khusus dan zat kimia yang berfungsi melawan agen penyebab infeksi seperti bakteri dan virus serta membersihkan sel-sel tubuh yang menyimpang misalnya pada kanker.
Ada ratusan jenis penyakit autoimun yang dikenal, seperti Lupus Eritematosus, Rematoid Artritis, Sindrom Sjogren, Sklerosis Sistemik, Henoch-Schonlein purpura, Penyakit Buerger, Poliartritis Nodosa, Polimiositis, Dermatomiositis, Tiroiditis Hashimoto, Penyakit Grave, Diabetes Melitus autoimun, Hepatitis autoimun, Kolitis ulseratif, Pemfigus, Miastenia Gravis, Sindrom Guillain Barre, Retinopati autoimun, IgA Nefropati, Anemia Hemolitik Autoimun dan sebagainya. Penyakit autoimun mengenai berbagai macam organ di dalam tubuh, sehingga timbul berbagai macam manifestasi klinik.

 

Penyebab pasti gangguan autoimun tidak diketahui, namun ada sejumlah faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terkena yaitu faktor genetika, faktor lingkungan, jenis kelamin dengan perempuan lebih rentan terkena, infeksi dan sebagainya. Gangguan autoimun pada umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi gejala yang menimbulkan penderitaan sebagian besar dapat dikendalikan dengan obat anti-peradangan, kortikosteroid, dan obat imunosupresan.

 

IMUNISASI MMR PADA PENGIDAP PENYAKIT AUTOIMUN
Pemberian imunisasi pada pengidap penyakit autoimun memang direkomendasikan, terutama untuk imunisasi dengan vaksin yang bukan hidup atau live attenuated virus. Mengingat pengidap penyakit autoimun rentan untuk terjadi infeksi. Pemberian imunisasi dengan vaksin hidup perlu hati-hati dan kewaspadaan tinggi. Salah satunya adalah vaksin MMR ini. Vaksin MMR yang termasuk vaksin hidup masih memungkinkan untuk diberikan pada pengidap penyakit autoimun, walaupun pada penyakit autoimun sistem imun tubuhnya mengalami gangguan, sehingga rentan timbul infeksi akibat adanya kuman, virus, dan mikroba yang masuk ke dalam tubuh. Termasuk juga dengan vaksin MMR ini, yang merupakan virus yang dilemahkan saja, tidak dimatikan, sehingga masih memiliki daya virulensi. Beberapa penyakit autoimun pernah dilaporkan terjadi kejadian ikutan setelah pemberian imunisasi, seperti kejadian radang sendi pasca imunisasi tifoid dan MMR. Namun, apakah imunisasi dapat memicu kejadian penyakit autoimun masih menjadi perdebatan. Di sisi lain, infeksi masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang penting pada pasien autoimun. Pemberian terapi antibodi monoklonal pada penderita autoimun yang diikuti dengan pemberian vaksin hidup dapat menyebabkan reaktivasi dari infeksi tuberkulosis laten, dan memicu timbulnya infeksi oportunistik yang lain.

Imunisasi vaksin hidup tidak dikontraindikasikan pada pemakai kortikosteroid kurang dari 14 hari, dosis kurang dari 20 mg prednison setiap hari, penggunaan jangka panjang steroid kerja pendek dengan pemberian selang sehari, dan kortikosteroid topikal. Pemberian vaksin hidup harus ditunda sampai 1 bulan setelah terapi steroid dosis tinggi dihentikan.
Dengan menimbang risiko dan keuntungan, pemberian imunisasi MMR tentu lebih baik dan dianjurkan diberikan pada saat kondisi penyakit autoimun sudah stabil, tidak sedang mengalami perburukan gejala penyakit autoimun, dan dosis obat yang dikonsumsi oleh pengidap penyakit autoimun minimal (sesuai protokol yang ada). (Kepustakaan ada pada penulis)

#drAgusJoko #RSMoewardi #Surakarta #SSI #SjogrensSyndrome #SjogrensSyndromeIndonesia #YaSSI #YayasanSSI #infoautoimun #autoimun #autoimmune #autoimmunedisease #autoimmunesurvivor #penyakitkronis #imunisasi #imunisasipadaautoimun #vaksin #vaksinMMR #vaksinhidup

Comments

comments

About Author

Leave A Reply